Kecelakaan lalu lintas sering terjadi akibat kehilangan stabilitas dalam mengemudi. Mobil melaju tanpa terkendali entah karena kondisi yang disebut oversteer atau understeer. Agar tidak mengalaminya, manfaatkan Electronic Stability Control (ESC) yang ada.
Kondisi jalanan sangat bervariasi. Terkadang jalan yang berbelok tajam atau jalanan yang licin akibat hujan harus dilewati. Saat itu, mobil yang melaju berpotensi kehilangan stabilitas. Pengemudi tidak mengendalikan laju mobil karena ban kehilangan traksi.
Sebagai contoh saat melaju di tikungan tajam yang licin, mobil mengalami understeer. Ini merupakan sebuah kondisi ketika mobil sulit berbelok karena roda depan kehilangan traksi akibat terlalu cepat memasuki tikungan. Saat itu terjadi, mobil bisa rawan ke luar dari jalur jalan.
Dalam kondisi itu bisa pula mobil mengalami oversteer. Mobil cenderung mudah melintir karena bagian buritan mobil yang terbuang. Lagi-lagi ini bisa membuat mobil terlempar dari jalan, sehingga sangat berbahaya.
Situasi seperti itu ternyata berakibat fatal. Cukup banyak kecelakaan lalu lintas yang bermula dari oversteer atau understeer. Namun, dengan teknologi ESC, problem tersebut seharusnya bisa diatasi.
ESC merupakan salah satu teknologi penunjang keselamatan berkendara. Teknologi ini berfungsi untuk menjaga pengendalian dan kestabilan mobil ketika melintasi medan-medan sulit. Dengan “cerdas”, ESC akan sanggup mendeteksi ketika mobil kehilangan kontrol, sehingga membantu pengemudi menjaga laju mobil tetap stabil.
ESC bekerja dengan membandingkan antara perintah maupun aksi yang dilakukan pengemudi seperti menekan rem dan memutar setir dengan respons aktual dari kendaraan. Kalau ada ketidaksesuaian, sistem ESC bakal memerintahkan rem pada tiap ban untuk bekerja mengembalikan traksinya.
Contoh nyata saat melaju di jalanan yang licin, pengemudi berusaha membelokkan kendaraan. Tapi, ternyata mobil tetap melaju lurus. ESC mampu mendeteksi gejala tersebut dan membantu pengemudi mendapatkan kendali laju mobil kembali.
ESC mampu memerintahkan rem untuk beroperasi supaya ban mendapatkan traksi lagi agar mobil dapat dikendalikan sesuai keinginan pengemudi. Hal itu dimungkinkan karena ESC bisa mendeteksi ketidaksesuaian antara gerakan mobil dan manuver pengemudi di setir.
Berkat kemampuan tersebut, teknologi ESC banyak disematkan di berbagai jenis mobil sebagai sarana penunjang keselamatan. ESC memang terbukti mampu menekan tingkat kecelakaan akibat pengemudi kehilangan kendali di jalan. Jumlahnya disebutkan oleh Insurance Institute for Highway Safety mencapai 56 persen.
Fakta tersebut tidak mengherankan. Pasalnya, selain menjaga laju mobil tetap stabil, ESC juga mampu menekan kemungkinan terjadi kondisi understeer atau oversteer. Di beberapa jenis mobil, ESC malah sanggup mengurangi tenaga mesin secara otomatis supaya pengemudi semakin mudah mengendalikan mobil.
Pengemudi disarankan mengaktifkan ESC. Tinggal hidupkan, teknologi yang juga sering disebut Vehicle Dynamic Control (VDC), Dynamic Stability Control (DSC), Electronic Stability Program (ESP), Vehicle Stability Control (VSC), atau Vehicle Stability Assist (VSA) ini akan sangat menolong.
ESC pertama kali dikembangkan pada era 1990-an. Namun, saat ini, teknologi ini sudah banyak ditemui di berbagai jenis mobil di Indonesia. Di kawasan Eropa, ESC bahkan sudah menjadi teknologi yang harus disematkan di semua jenis mobil.
Kewajiban tersebut masuk akal. ESC bisa membuat mobil mendapat traksi kembali dengan mudah ketika pengemudi mengalami lepas kendali. Kemampuannya dalam melakukan pengereman yang diperlukan untuk menstabilkan laju kendaraan menjadi kunci.
Oleh karena itu, ESC sangat diandalkan. Namun, supaya kinerjanya maksimal, ban mobil harus dalam kondisi prima. Itu akan membuat mobil mudah memperoleh traksi ketika lepas kendali.
Untuk memastikannya, ban berkualitas dari Dunlop wajib menjadi pilihan. Dengan bahan bermutu dan desain spesial, ban Dunlop memudahkan ESC bekerja maksimal.